Selasa, 09 Februari 2021

CARA BUDIDAYA BAWANG MERAH (Allium Ascalonicum L).

 Bawang merah merupakan komoditas hortikultura berumur pendek dan mempunyai nilai komersial tinggi resiko tinggi. Tanaman bawang merah merupakan tanaman hortikultura yang sudah sejak lama di dibudidayakan oleh petani secara intensif. Komoditas unggulan pertanian ini memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi di suatu wilayah. Meskipun saat ini banyak petani bawang merah, namun dalam proses budidayanya masih ditemui berbagai kendala terutama dari segi teknis budidaya. Oleh sebab itu penggunaan benih bermutu,  varietas bawang merah yang mempunyai sifat-sifat unggul,  pengendalian hama penyakit terpadu yang ramah lingkungan dan  pengelolaan hara (pemupukan tepat waktu dan tepat jumlah

 Syarat Tumbuh

  1. Kesesuaian agroklimat
  2. Cahaya matahari minimum 70%,
  3. Suhu udara 25-320C,
  4. Kelembaban nisbi 50-70%.
  5. Struktur tanah remah, tekstur sedang sampai tinggi, drainase  dan aerasi yang   baik, mengandung bahan organik yang cukup, dan pH  tanah netral (5,6– 6,5)
  6. Jenis tanah: tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latosol Sumber air tersedia

Penentuan Waktu Tanam: Ditentukan berdasarkan datangnya musim hujan, ketersediaan air atau sesuai kebutuhan

Varietas yang dianjurkan : Bima Brebes, Super Philipin, Pikatan, Pancasona, Mentes

 Persiapan Lahan

Pada lahan bekas padi sawah atau bekas tebu Bedengan lebar 1,2 – 1,5 m, kedalaman parit 50– 60 cm dan lebar parit 40–50 cm. Bedengan mengikuti arah Timur-Barat. Tanah yang telah diolah dibiarkan sampai kering kemudian diolah lagi 2–3 kali sampai

Pada lahan tegalan atau Lahan kering Tanah dibajak atau dicangkul sedalam 30 cm, kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 40 cm, sedangkan panjangnya tergantung pada kondisi lahan

Lahan dengan pH kurang dari 5,6 diberi Dolomit minimal 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 1–1,5 ton/ha/tahun (untuk dua musim tanam berikutnya) yang disebar pada permukaan tanah dan kemudian diaduk rata

Penanaman

Pemotongan ujung bibit hanya dilakukan apabila bibit bawang merah belum siap ditanam (pertumbuhan tunas dalam umbi 80%)

  1. Kebutuhan umbi bibit 1-1.2 ton/ha dengan ukuran umbi sedang (5-10 g)  dan berumur 2-3 bulan dari panen (ciri  tunas sudah sampai ke ujung umbi) Jarak tanam yang digunakan 20 cm x 15 cm
  2. Tanaman bawang merah membutuhkan air yang cukup banyak selama  pertumbuhan dan pembentukan umbi, terutama pada musim kemarau.
  3. Pada lahan bekas sawah, penyiraman dilakukan satu kali sehari pada pagi atau sore hari sejak tanam sampai umur menjelang panen.
  4. Pada musim hujan,penyiraman ditujukan untuk membilas daun tanaman dari tanah yang menempel. Periode kritis dari kekurangan air terjadi saat pembentukan umbi.
  5. Penyiangan dilakukan  2–3 kali selama satu musim tanam, terutama  pada umur 2 minggu setelah tanam
  6. Perbaikan pinggir bedengan dilakukan bersamaan dengan waktu penyiangan
  7.  

Pemupukan

Pada lahan bekas padi sawah atau bekas tebu

Pupuk dasar: 300 kg SP-36/ha 60 kg KCl/ha dan 500 kg NPK mutiara (16:16:16) disebar serta diaduk rata dengan tanah, 7 H sebelum T.

  • Pupuk susulan berupa 180 kg Urea/ha,  atau 400 kg ZA/ha dilakukan pada umur 10-15 HST dan pada umur 30-35 HST adalah 180 kg Urea/ha.
  1. Pada Lahan Tegalan/Lahan Kering
  • Pupuk dasar 1-3 hari sebelum tanam : pukan sapi/kuda (15-20 ton/ha) atau kotoran ayam (5-6 ton/ha) atau kompos (2,5-5 ton/ha) dan pupuk buatan SP-36 (250 kg/ha). 

Pemupukan susulan: Urea (150-200 kg/ha), ZA (300-500 kg/ha) dilakukan pada umur 10-15 HSTdan pada umur 1 BST masing-masing ½ dosis. Atau menggunakan pupuk majemuk NPK (16-16-16) 600 kg/ha yang diberikan seminggu sekali  dengan cara dicor disekitar tanaman

 Pengendalian Hama dan Penyakit Utama Bawang Merah

Ulat daun bawang (Spodoptera exigua)

Gejala serangan: pada daun yang terserang terlihat bercak putih transparan. Hal ini karena ulat menggerek daun dan masuk ke dalamnya sehingga merusak jaringan daun sebelah dalam sehingga kadang-kadang daun terkulai.

Cara pengendalian: rotasi tanaman, waktu tanam serempak, atau dengan pengendalian secara kimiawi yaitu menggunakan Curacron 50 EC, Diasinon 60 EC, atau Bayrusil 35 EC

Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

      Pengendalian dilakukan secara manual yakni dengan mengumpulkan ulat ulat pada sore/senja hari di antara pertanaman serta menjaga kebersihan areal pertanaman.

Trips (Trips tabaci Lind.)

Gejala serangan: terdapat bintik-bintik keputihan pada helai daun yang diserang, yang akhirnya daun menjadi kering. Serangan biasanya terjadi pada musim kemarau.

Cara pengendalian: mengatur waktu tanam yang tepat, atau secara kimiawi yakni dengan penyemprotan Curacron 50 EC, Diasinon 60 EC, atau Bayrusil 35 EC.

Penyakit bercak ungu atau trotol (Alternaria porri)

Gejala seranga: pada daun yang terserang (umumnya daun tua) terdapat bercak keputih-putihan dan agak mengendap, lama kelamaan berwarna ungu berbentuk oval, keabu-abuan dan bertepung hitam. Serangan umumnya terjadi pada musim hujan.

Cara pengendalian: rotasi tanaman, melakukan penyemprotan setelah hujan dengan air untuk mengurangi spora yang menempel pada daun. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan fungisida, antara lain Antracol 70 WP, Ditane M-45, Deconil 75 WP, atau Difolatan 4F.

Panen

  • Sebagian besar (> 80%) daun tanaman telah rebah.
  • Jika dipegang, pangkal daun sudah lemas.
  • Daun (70-80%) berwarna kuning pucat.
  • Umbi sudah terbentuk dengan penuh dan kompak.
  • Sebagian umbi sudah terlihat di permukaan tanah.
  • Umbi berwarna merah tua/merah keunguan serta berbau khas.

 Prosesing Hasil Panen

  • Pengeringan: menjemur umbi di bawah sinar matahari 7-14 hari,
  • Pembalikan : setiap 2-3 hari saat susut bobot umbi mencapai 25-40% dengan kadar air 80-84%.
  • Bawang merah konsumsi dikemas dengan karung jala yanantara 50-100 kg. g berkapasitas
  • Penyimpanan bibit dilakukan dalam bentuk ikatan lalu digantungkan pada rak-rak bambu.
  • Suhu penyimpanan 30-33 °C, kelembaban nisbi 65-70%.

Penyusun : Dede Rohayana, Nasriati, dan Tri Kusnanto

KIAT SUKSES MEMAHAMI JENIS TANAH UNTUK TANAM BAWANG MERAH AGAR MENGHASILKAN PRODUKSI YANG OPTIMAL

 Keberhasilan usaha bawang agar menghasilkan produksi yang maksimal banyak dipengaruhi dari berbagai macam faktor seperti luas lahan, bibit, pupuk, obat hama (pestisida), sistem irigasi, tenaga kerja, iklim, teknologi yang dipakai, biaya/sarana produksi pertanian dan alat-alat yang digunakan dan sebagainya. Produksi akan menunjukan tingkat hasil dari kuantitas pertanian, menurunnya produksi dipengaruhi oleh berbagai hal salah satunya yaitu iklim dan pola curah hujan, penurunan produksi pertanian ini dikarenakan terjadinya penurunan luas lahan akibat dari dampak perubahan iklim.

Lahan-lahan usahatani kita terbatas dan juga keperutukan untuk usahatani dari berbagai komuditas semuanya berusaha memaksimalkan hasil dan membutuhkan lahan yang cukup luas.  Pada era millenium mendatang, sehubungan dengan kebutuhan pangan, khususnya produk hortikultura (bawang merah), produksi bawang merah yang diharapkan kedepan harus dapat memenuhi permintaan kebutuhan pasar dan konsumen. Produk bawang merah tersebut harus berkualitas, bermutu tinggi dan tersedia sepanjang musim.

Sehingga pada era millenium mendatang, kebutuhan akan produk bawang semakin meningkat, hal ini disebabkan banyaknya permintaan bahan baku olahan bawang merah untuk dikonsumsi, industri industri olahan makan maupun obat-batan sebakin banyak dan semakin berkembang dengan pesat.

Permasalahan keperuntukan lahan pertanian kita terbatas karena lahan-lahan potensial kita telah banyak dipergunakan untuk berusahatani dari berbagai komuditas. Selanjutnya bagaimana berusahatani bawang merah agar dapat meningkatkan produksi secara oftimal dan bermutu tinggi yang dapat memenuhi permintaan pasar dan konsumen yang begitu besar.

Selanjutnya bawang merah dapat ditanam dan tumbuh dengan baik bila tanahnya subur, banyak humus (gembur), tidak tergenang air, beriklim kering dengan suhu agak panas dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam.dan aerasinya baik. Selain itu dapat tumbuh mulai dari ketinggian 0 – 1000 meter diatas permukaan laut curah hujan 300 – 2500 mm/th dan dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH tanah dijaga antara 5.6 - 6.5. jika pH-nya terlalu asam (lebih rendah dari 55), garam alumunium (AL) laryt dalam tanah, garam tersebut akan bersifat racun terhadap tanaman bawang hingga tumbuhnya menjadi kerdil. Jika pH-nya lebih dari 65 (netral sampai basa), unsure mangan (Mn) tidak dapat dimanfaatkan hingga umbi-umbinya menjadi kecil. kelembaban 50 -70 %, suhu 25-320 C

Di atas telah dijelaskan faktor-faktor (seperti luas lahan, bibit, pupuk, obat hama (pestisida), sistem irigasi, tenaga kerja, iklim, teknologi yang dipakai, biaya/sarana produksi pertanian dan alat-alat yang digunakan dan sebagainya) yang mendukung keberhasilan berusahatani bawang merah yang begitu banyak. Namun dari faktor tersebut kita bahas salah satu yang berkontribusi kesuksesan berusahatani bawang merah tersebut adalah bagaimana memahami jenis tanah/lahan usahatani bawang merah yang dapat menghasilkan produksi tinggi, menghasilkan keuntungan serta mensejahterakan keuarga taninya.

Adapun kiat sukses memahami jenis tanah/lahan yang cocok untuk berusahatani menghasilkan panen yang lebih banyak dan optimal antara lain adalah

Jenis Tanah: Berpasir ;Tanah berpasir memiliki partikel terbesar di antara berbagai jenis tanah. Ini kering dan berpasir untuk disentuh, dan karena partikel memiliki ruang besar di antara mereka, itu tidak bisa menahan air. Air mengalir dengan cepat, langsung ke tempat-tempat di mana akar, terutama yang dari bibit, tidak dapat dijangkau.

Tipe Tanah: Berlumpur  ; Tanah berlumpur memiliki partikel yang jauh lebih kecil daripada tanah berpasir sehingga halus untuk disentuh. Ketika dibasahi, itu licin sabun. Ketika Anda menggulungnya di antara jari-jari Anda, kotoran akan tertinggal di tangan Anda. Tanah yang gembur menahan air lebih lama, tetapi tidak dapat menyimpan nutrisi sebanyak yang Anda inginkan meskipun cukup subur.

Jenis Tanah: Tanah Liat ;Tanah liat memiliki partikel terkecil di antara tiga sehingga memiliki kualitas penyimpanan air yang baik. Ini lengket saat disentuh basah, tapi halus saat kering. Karena ukuran partikelnya yang kecil dan kecenderungannya untuk menetap bersama, sedikit udara melewati ruang-ruangnya. Karena itu juga lebih lambat untuk dikeringkan, itu memiliki lebih erat pada nutrisi tanaman

Jenis Tanah: GambutTanah gambut berwarna coklat gelap atau hitam, lembut, mudah dikompres karena kandungan airnya yang tinggi, dan kaya bahan organik. Tanah gambut mulai terbentuk lebih dari 9.000 tahun yang lalu, dengan pencairan gletser yang cepat. Pencairan cepat ini menenggelamkan tanaman dengan cepat dan mati dalam prosesnya.

Tipe Tanah Ideal : Humus ; Jenis tanah yang disukai oleh tukang kebun untuk bawang merah adalah tanah humus. Ini mengandung keseimbangan dari ketiga bahan tanah : lumpur, pasir dan tanah liat ditambah humus. Ini memiliki tingkat pH dan kalsium yang lebih tinggi karena kandungan bahan organik sebelumnya seperti

Masalah yang timbul dalam usahatani bawang

Dari masing-masing jenis tanah tersebut mempunyai sifat yang berbeda beda sehingga untuk mendapatkan hasil yang oftimal dan bermutu dalam dibudidaya bawang merah masih perlu menyesuaikan perlakuan seperti yang tertera pada syarat tumbuh ada yang dikurangi dan ada yang perlu ditambahkan untuk mencapai sayarat tumbuh tersebut.

Ditulis ulang oleh     : Dalmadi BBP2TP Bogor

Sumber                  : Balitbangtang, SOP Pisang Gunung Kidul dan Berbagai sumber media elektronik (Internet)

Gambar                  : Kabartani.com

JENIS DAN TINGKAT KESUBURAN TANAH

 Oleh : Ir. IGusti Ayu Maya Kurnia, M.Si/PP Madya pada Dinas Pertanian Kab. Buleleng 

Tanah merupakan komponen utama dan penting bagi daya dukung suatu kemampuan lahan terhadap pemanfaatannya oleh manusia. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur) geografitanah.blogspot.com/p/pengertian-tanah.html

Berdasarkan tingkat kesuburannya, tanah dibedakan menjadi 3 macam atau jenis yakni dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut : (1. )Tanah Subur yang terdiri atas tanah vulkanik, podzolik dan aluvial. Jenis tanah subur ini terdapat di wilayah pulau Jawa, Nusa Tenggara dan Kalimantan; (2.) Tanah Kurang Subur terdiri atas pasir, tanah gambut dan tanah kapur. Jenis tanah kurang subur ini terdapat di wilayah pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi; (3.) Tanah Tidak Subur adalah jenis tanah yang tandus, karena mengalami proses pencucian oleh air hujan. Contoh jenis tanah tidak subur adalah seperti tanah laterit. Jenis tanah tidak subur ini terdapat di wilayah pulau Jawa bagian barat dan bagian selatan, serta pulau Kalimantan bagian barat.

Sifat-sifat tanah : 

(1.) Ketebalan lapisan tanah (solum tanah); 

(2.) Tekstur tanah; 

(3.) Permeabilitas tanah; 

(4.)Drainase tanah; 

(5.) Kandungan bahan dasar tanah; 

(6.) Salinitas tanah. Ke #6 sifat-sifat tanah tersebut adalah faktor yang dapat mempengaruhi potensi tanah untuk penggunaan tertentu. Misalnya adalah seperti sifat ketebalan lapisan (kedalaman/solum) dikelompokkan menjadi 4 kelas yakni antara lain sebagai berikut : (1.) K-0- = Kedalaman lebih dari 90 cm (dalam); (2.) K-1- = Kedalaman antara dari 90-50 cm (sedang); (3.) K-2- = Kedalaman antara dari 50-25 cm (dangkal); (4.) K-3- = Kedalaman kurang dari 90 cm (sangat dangkal).


Tanah dengan kategori ketebalan lebih dari 90 cm (K-0-), jika digunakan sebagai lahan usaha pertanian maka memiliki tingkat sangat baik meskipun perlu dipertimbangkan juga beberapa faktor lainnya, yakni seperti lerang, singkapan batuan dan erosi. Di Indonesia terdapat #11 jenis tanah dan persebarannya adalah antara lain : 

(1.)Tanah Alluvial adalah jenis tanah yang dianggap masih muda (baru) yang diakibatkan oleh proses pengendapan aliran sungai didaratan rendah atau lembah. Tanah alluvial pada umumnya memberi hasil seperti : (a.)Produksi padi (misalnya di daerah Karawang, Indramayu dan Delta Brantas);(b.)Produksi palawija dan tebu (Surabaya) yang tergolong cukup baik; (c.)Digunakan untuk usaha budidaya tambak perikanan bandeng dan gurami (daerah Gresik, Tegal dan Indramayu) menghasilkan produksi yang tergolong cukup.

(2.)Tanah Andosol adalah jenis tanah yang berasal dari gunung api dan biasanya terdapat didaerah lereng-lereng gunung api seperti pada pegunungan di pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan Minahasa; 

(3.)Tanah Regosol adalah jenis tanah yang berbutir kasar sebagai hasil dari pengendapan. Jenis tanah regosol ini cocok untuk ditanami tanaman seperti padi, tebu, palawija, tembakau dan sayuran. Tanah regosol tersebar di wilayah Bengkulu, Pantai Sumatera Barat, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat; 

(4.)Tanah Kapur adalah jenis tanah yang berasal dari batuan induk batu kapur yang mengalami proses pelapukan. Jenis tanah kapur ini cocok untuk ditanami palawija, stepa, sabana dan tanaman jati. Tanah kapur tersebar diperbukitan kapur Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan; 

(5.)Tanah Litosol adalah jenis tanah yang berasal dari proses pelapukan batuan yang belum sempurna. Jenis tanah litosol ini cocok ditanami dengan rumput ternak, palawija dan tanaman keras; (6.)Tanah Argosol (Gambut) atau disebut juga dengan tanah gambut adalah jenis tanah yang berasal dan terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan jenis rawa yang mengalami proses pembusukan. Jenis tanah ini terdapat di rawa pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua; 

(7.)Tanah Gramusol ini terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan; (8.)Tanah Latosol adalah jenis tanah yang memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Jenis tanah latosol ini cocok ditanami dengan jenis tanaman seperti padi, palawija, sayuran, karet, cengkeh dan kakao. Jenis tanah latosol tersebar di wilayah Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua; 

(9.)Tanah Podzolik adalah jenis tanah yang berasal dari batuan pasir kuarsa. Jenis tanah podzolik ini tersebar didaerah yang beriklim basah tanpa bulan kering dan curah hujan lebih dari 2.500 mm/tahun; 

(10.)Tanah Mediteran Merah Kuning adalah jenis tanah yang berasal dari batuan kapur keras (limestone). Jenis tanah mediteran merah kuning ini tersebar di daerah dengan iklim subhumid dengan topografi karts, Lereng vulkanik dengan ketinggian di bawah 400 M; 

(11.)Tanah Hidromorf Kelabu adalah jenis tanah yang berkembang pada topografi dataran rendah atau cekungan, yang mana hampir selalu tergenang oleh air dengan ciri-ciri warna kelabu hingga kekuningan-kuningan.


Kesuburan Tanah merupakan suatu kondisi atau keadaan dimana tanah mampu mendukung pertumbuhan tanman dengan berbagai komponen di dalamnya seperti kimia, biologi dan fisika. Humus merupakan tanah yang sabar terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropos. Humus dikenal sebagai sisa-sia tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh organisme dalam tanah, berada dalam keadaan stabil, berwarna coklat kehitaman (wikipedia). Secara umum banyak yang menduga kesuburan tanah sama dengan kesehatan tanah, pada dasarnya berbeda, karena kesehatan tanah lebih diartikan sebagai kondisi tanah yang mendukung dan menjamin tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal tanpa adanya gangguan berbagai aspek. Kesuburan Tanah ditandai dengan :

(1.)Kadar pH netral dimana kondisi tanah yang baik harus memiliki kadar pH yang netral atau normal berkisar antara 6 sampai 8 dan pada kondisi terbaik pH 6.5 sampai 7.5 hal ini akan berdampak pada ketersediaannya berbagai unsur di dalam tanah supaya seimbang. Apabila tanah terlalu asam (<pH7) maka perlu dilakukannya proses pengapuran supaya pH nya mendekati kondisi normal. Namun ketika tanah memliki kadar pH terlalu basa (>pH 8) makan perlu pemberian sulfur atau belerang yang terdapat pada pupuk ZA. Pada kondisi tanah dengan pH netral maka tumbuhan akan lebih mudah menyerap unsur hara dan menjaga keseimbangan mikroorganisme yang terdapat dalam tanah; 

(2.)Memiliki tekstur lempung yang berfungsi untuk mengikat berbagai mineral sehingga tidak mudah terbawa oleh air. Sehingga tanah yang subur seharusnya bertekstur lempung namun tingkat tekstur lempung jangan terlalu tinggi karena akan berakibat menggenangnya air yang akan merusak perakaran. Selain itu juga kadar tanah harus memiliki kandungan pasir yang mencukupi guna untuk proses drainase dan proses penyerapan ari dalam tanah; 

(3.)Cocok untuk berbagai tanaman, kondisi untuk mendeteksi tanah subur atau tidak secara mudah dapat dilihat secara langsung dari vegetasi tanaman di atas tanah tersebut. Tanah yang subur akan mudah untuk ditanami berbagai jenis tanaman normal. Semakin banyak jenis tanaman yang tumbuh maka mengindikasi tanah semakin subur; 

(4.)Warna tanah cokelat kehitaman, untuk melihat tanah subur atau tidak secara cepat dapat dilihat dari warna tanah namun ini bukan patokan utama untuk mengatakan tanah subur atauh tidak. Tanah yang subur memiliki warna yang khas yaitu cokelat kehitaman, karena kandungan unsur hara yang lengkap di dalamnya; 

(5.)Mengandung unsur mineral, dimana tanah yang subur memiliki kandungan mineral yang lengkap, mineral yang lengkap digunakan untuk bahan baku makanan bagi tanaman. Unsur mineral seperti boron, klorin, kobalt, besi, mangan, magnesium, molibdenum, zink dan sulfur. Untuk menguji unsur mineral yang terdapat dalam tanah dapat di uji di Laboratorium dengan membawa sampel tanahnya. 

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, yang menduduki sebagian besar permukaan planet bumi selain air, yang mampu menumbuhkan berbagai jenis tanaman guna menghidupi mahluk hidup lainnya yang membentuk ekosistem, dan sekaligus tempat manusia mendirikan rumah, bertani dan aktifitas lain sebagainya, maka sudah seharusnya kita tetap menjaga kesuburan tanah, dan tetap memperhatikan kesuburan tanah sebelum kita bercocok tanam di atas tanah.

(www.materikesuburantanah.html)